Friday, September 6, 2013

CERDAS 24 JAM

“Tak ada manusia yang selalu cerdas 24 jam sehari.”

“Alasan!” Kau merengut. Matamu menyolot. Rahangmu mengencang. Kedua tanganmu menggantung di udara, tepat di samping kupingmu. Seperti binatang buas siap menerkam mangsa.

Aku tahu kau kesal. Tapi apa lagi yang bisa kubilang? Tak pernah ada penjelasan yang bisa membuatmu puas. Selalu saja ada protes dan bantahan. Membuat bibirmu bergerak-gerak ritmis dalam tempo accelerando.

“Iyaaa… Tapi nggak harus pake alasan itu, kan?” Melodimu berubah crescendo. Akhir nadanya meninggi penuh emosi. Tak ada arti aku bicara. Tapi aku yakin, ketika aku diam, kau akan semakin menjadi-jadi. Lalu, aku harus bagaimana?

“YES or NO?” Kau mengancam. Matamu menajam menunggu jawaban.

Oh, Tuhaaan… Bagaimana harus kujawab pertanyaanmu? Ini bukan tentang ‘ya’ atau ‘tidak’, Sayang. Tak akan cukup. Menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ akan sama saja. Selalu saja kau punya penjelasan yang membuatmu seperti lebih mengenalku daripada diriku sendiri. Lalu, jawaban mana yang harus kupilih? Sudah kubilang aku tak bisa cerdas 24 jam sehari.

Kunyalakan sebatang rokok. Isyarat semoga kau paham bahwa ini sungguh tak mudah. Sengaja, tak kutekan pemantiknya dengan sempurna agar aku punya alasan untuk mencari korek di tempat lain. Maaf, ini sandiwara. Tapi, apa lagi yang bisa kulakukan agar terbebas dari jerat matamu?

“Sudahlah.” Aku menghela napas. Keras. “Apa pun yang ada di kepalamu tak akan mengubah apa-apa.”

Wajahmu memaling. Kau menyusut butiran bening yang mengalir pelan dari kelopak matamu. Bahumu terguncang naik-turun. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibirmu selain isak tangis yang setengah mati berusaha kau tahan.

“Hey… Come on!” Kusentuhkan telapak tanganku ke bahumu. Pelan dan sangat hati-hati. Aku tak pernah sanggup melihatmu menangis. Sebagian jiwaku serasa tercerabut tiap kali lapisan bening itu mendanaukan matamu.

Kau menatapku. Gamang. Kusambut dengan senyum tertulus yang pernah kumiliki. Hanya itu yang kupunya saat ini. Tak ada suara, tak ada kata-kata. Kadang, hati hanya sanggup berbahasa tanpa aksara. Tapi aku yakin kau membacanya. Ketika kutuliskan pada ceruk hatiku bahwa aku mencintaimu dengan cara yang kau tahu, kekuatan yang kau sadari, ketulusan yang kau rasakan, dan durasi yang kuharap akan selamanya.

Percayalah, tak ada manusia yang selalu cerdas 24 jam sehari.

No comments: